Yogyakarta adalah ironi bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Setelah berjaya ”memerahkan” Daerah Istimewa Yogyakarta dalam dua pemilihan umum pascareformasi, partai berlambang kepala banteng tersebut harus menelan pil pahit dalam Pemilu Legislatif 2009. PDI-P kalah telak karena tak berhasil memetik satu kemenangan pun di lima kabupaten/kota di DIY. NURUL FATCHIATI
Tak dapat dimungkiri, wilayah kesultanan Yogyakarta atau ”nagaragung” DIY adalah salah satu basis PDI-P. Sejak Pemilu 1971, eksistensi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu di bumi Mataram terus menguat. Meskipun pada era Orde Baru tak luput dari ”kuningisasi” Partai Golkar, tetapi kantong-kantong PDI-P di DIY tetap hidup. Terbukti, pada pemilu pertama pascareformasi, partai tersebut berhasil memenangi semua daerah pemilihan di DIY dengan perolehan suara mencapai 35,65 persen dari total suara sah.
Hegemoni PDI-P masih berlanjut pada Pemilu 2004 meskipun satu daerah pemilihan, Kabupaten Gunung Kidul, terlepas dari rengkuhan. Perolehan suara terbanyak di kabupaten terluas di DIY ini direbut Golkar. Sementara itu, Partai Amanat Nasional semakin ketat membayangi PDI-P di empat daerah pemilihan lainnya. Secara umum, perolehan suara terbanyak di tingkat provinsi tetap dikuasai partai kepala banteng. Kejayaan partai tersebut berlanjut pada pemilihan kepala daerah. Dari lima kabupaten/kota di DIY, tiga di antaranya berhasil dimenangi bupati petahana (incumbent) yang berasal dari PDI-P, yaitu Idham Samawi (Bantul), Ibnu Subiyanto (Sleman), dan Toyo S Dipo (Kulon Progo).
Namun, tanduk banteng tak lagi melentingkan perolehan suara PDI-P ke peringkat atas pada Pemilu Legislatif 2009. Kemenangan di empat kabupaten/kota di DIY pada pemilu lima tahun lalu tak satu pun yang berhasil dipertahankan.
Sebaliknya, Partai Demokrat sukses melambungkan suaranya di tiga daerah pemilihan yang menjadi basis PDI-P, yakni Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta. Padahal, Bupati Bantul dan Sleman masih dijabat orang dari PDI-P. Kabupaten Kulon Progo pun lepas dari genggaman setelah dimenangi PAN. Dari lima wilayah DIY, hanya Kabupaten Gunung Kidul yang tidak berubah. Daerah yang sejak Pemilu 2004 direbut Golkar tersebut kembali dimenangkan partai berlambang beringin ini.
Tak hanya PDI-P yang luput mempertahankan suaranya di ”kandang sendiri”. Suara Partai Kebangkitan Bangsa di DIY pun ”terjun bebas” dalam pemilu kali ini. Perolehan suara partai yang sempat dilanda badai internal perebutan kepengurusan antara kubu Abdurrahman Wahid dan Muhaimin Iskandar menjelang Pemilu 2009 tersebut tergerus banyak. PKB keluar dari peringkat lima besar partai pemenang pemilu legislatif di DIY, tergusur oleh Partai Keadilan Sejahtera yang semakin mengokohkan eksistensinya di peringkat kelima.
Bongkar pasang
Perubahan konstelasi perolehan suara partai di DIY tak urung membawa perubahan pula pada komposisi anggota legislatif dari provinsi ini dalam Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat pusat. PAN yang pada Pemilu 2004 berhasil merebut dua kursi di Senayan harus merelakan satu kursi untuk Demokrat. Terjadi pula bongkar pasang personel partai yang akan berkiprah di gedung dewan di Jakarta.
Dari delapan jatah kursi DPR untuk DIY, lima di antaranya ditempati ”wajah baru”. Hanya legislator dari PAN, PKS, dan satu wakil dari PDI-P, yaitu Eddy Mihati, yang sudah mengecap pengalaman politik di tingkat pusat pada periode lalu.
Kesempatan bagi anggota legislatif dari DIY untuk ke Senayan pada pemilu kali ini terbuka luas sebab sejumlah legislator yang lolos ke DPR pada periode sebelumnya tidak lagi mencalonkan diri lewat DIY. Mereka tak lagi menjadi kompetitor bagi sesama calon anggota legislatif dari partainya.
GBPH Joyokusumo dari Golkar dan Soetardjo Soerjoguritno dari PDI-P, misalnya, tak lagi tercantum namanya sebagai calon anggota legislatif dari DIY pada Pemilu 2009. Padahal, Joyokusumo yang juga adik dari Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY dan pemimpin Keraton Yogyakarta, adalah salah satu penghimpun suara bagi Golkar di DIY. Sementara Soetardjo yang memilih bertarung untuk kursi Dewan Perwakilan Daerah DIY juga tak berhasil melaju ke Senayan.
Dalam komposisi baru legislator dari DIY untuk kursi DPR kali ini, hanya ada satu perwakilan perempuan yang berhasil mendudukinya, padahal pada pemilu sebelumnya mencapai tiga perempuan.
Para wakil rakyat dari DIY, bisa dibilang, telah memiliki bekal pengalaman dalam dunia politik praktis. Selain berpengalaman sebagai anggota DPRD DIY, dua legislator, yaitu Djuwarto (PDI-P) dan Gandung Pardiman (Golkar), adalah ketua dewan pimpinan daerah/wilayah tingkat provinsi untuk partainya masing-masing. Agus Sulistiyono terakhir aktif di Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD DIY, sedangkan Agus Bastian menjabat sebagai Sekretaris DPD Partai Demokrat DIY. Adapun Roy Suryo Notodiprodjo adalah Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi DPP Partai Demokrat.
Bongkar pasang anggota juga terjadi di tubuh DPD DIY. Dua anggota baru, yaitu Cholid Mahmud dan Muhammad Afnan Hadikusumo, muncul mendampingi ”pemain lama” Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Abdul Hafidh Ashrom. Meskipun perolehan suara Cholid berhasil mengungguli Hafidh, tetapi masih jauh di bawah perolehan suara GKR Hemas. Permaisuri Gubernur DIY yang banyak berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan tersebut meraih mayoritas suara, mencapai 52,61 persen dari seluruh suara pemilih DIY untuk DPD.
Terlepas dari bongkar pasang legislator dan DPD dari DIY, para wakil rakyat tersebut memikul amanat penting masyarakat Yogyakarta. ”Kawulo” Ngayogyakarta menanti kiprah mereka dalam mewujudkan Undang-Undang Keistimewaan DIY selekasnya, satu soal yang ”diwariskan” para wakil dalam periode sebelumnya.
(NURUL FATCHIATI/Litbang Kompas)
Rabu, 24 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2009
(180)
-
▼
Juni
(35)
- Banten
- Partai Islam dan Partai Nasionalis
- Para Pemburu Rente Politik
- Daerah Istimewa Yogyakarta
- Jawa Timur
- Jawa Tengah
- Mengawal Kerja Politik Para Wakil Terpilih
- Nusa Tenggara Barat
- Bali
- Fenomena Kemenangan Partai Demokrat
- Sulawesi Selatan
- Maluku Utara
- Papua Barat
- Papua
- Sulawesi Selatan
- Maluku Utara
- SENGKETA PEMILU
- Memperebutkan Mendiknas
- Kursi Agung Bisa Hilang
- Partai, Pemilu, dan Pendangkalan Politik
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Tenggara
- Partai, Pemilu, dan Pendangkalan Politik
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Tengah
- Menyambut DPR Kaum Muda
- Gorontalo
- Sulawesi Utara
- DPR 2004-2009
- Lanjutan Perebutan Kursi Sisa
- Kalimantan Selatan
- Kalimantan Tengah
- Lampung
- Kalimantan Barat
- "Berdarah-darah" Mengejar Kursi
-
▼
Juni
(35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar