Rabu, 03 Juni 2009

Kalimantan Tengah


Rabu, 3 Juni 2009 | 03:18 WIB

Mayoritas pilihan politik yang ditunjukkan masyarakat Kalimantan Tengah kini tidak lagi terbelah mengikuti alur sungainya. Bagian hulu dan hilir tidak lagi berbeda seperti sebelumnya. Hasil Pemilu 2009 telah mengukuhkan provinsi ini menjadi basis konstituen baru bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P. M Puteri Rosalina

Pada pemilu-pemilu sebelumnya, identitas politik di Bumi Isen Mulang ini memang mengikuti segregasi alami daerah aliran sungai. Ada pola pilihan politik yang berbeda antara wilayah hulu dan hilir. Wilayah ”atas” atau pedalaman biasanya dikuasai oleh PDI-P. Wilayah ini karakteristik masyarakatnya relatif homogen, mayoritas beretnis Dayak. Sebaliknya, di kawasan bawah atau pesisir yang masyarakatnya lebih heterogen menjadi bagian kekuasaan politik Partai Golkar.

Pascaruntuhnya Orde Baru, Kalimantan Tengah memang menjadi wilayah medan perebutan dua partai besar, PDI-P dan Golkar. Pada dua pemilu sebelumnya, kedua partai ini saling bergantian menguasai perolehan suara terbanyak di tingkat provinsi. PDI-P lebih dulu meraih suara terbanyak pada Pemilu 1999. Partai berlambang kepala banteng ini berhasil menguasai empat dari enam daerah yang ada, seperti Kabupaten Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara, dan Kota Palangkaraya.

Lima tahun kemudian, di Pemilu 2004, perolehan suara PDI-P merosot. Penguasaan wilayah politik berganti ke tangan Golkar. Perpindahan wilayah penguasaan ini terjadi sejalan dengan dimekarkannya wilayah kabupaten dan kota. Daerah induk biasanya tetap dikuasai Golkar, sedangkan PDI-P bertahan di daerah-daerah baru hasil pemekaran. Contohnya di Kabupaten Kotawaringin Timur, daerah induk ini dikuasai Golkar, sedangkan PDI-P mampu bertahan di Kabupaten Seruyan dan Katingan yang merupakan daerah baru.

Pemilu 2009 mengubah konstelasi yang ada. Kontestan partai besar yang bertarung bertambah dengan munculnya Partai Demokrat. Jika sebelumnya hanya dua, kini menjadi tiga. Akan tetapi, PDI-P berhasil unggul. Bahkan, wilayah dominasinya bertambah. PDI-P akhirnya berhasil ”memerahkan” provinsi yang mayoritas dihuni oleh etnis Dayak Ngaju ini dengan meraih 25 persen suara. Persaingan yang ketat justru antara Golkar dan Demokrat. Perolehan suaranya hampir berimbang.

Kemenangan PDI-P di provinsi ini salah satunya dipengaruhi oleh peran gubernur yang memang dipegang kader partai sendiri. Pada pemilihan kepala daerah provinsi yang berlangsung tahun 2005, kader PDI-P, Teras Narang, berhasil menang dengan perolehan suara mencapai hampir 44 persen. Adapun perolehan suara yang didukung oleh Golkar menduduki posisi kedua dengan 20,56 persen suara.

Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa ada kecenderungan kantong-kantong tradisional mampu dipertahankan jika wilayah tersebut dipimpin gubernur yang berasal dari kader PDI-P sendiri. Pola ini juga terjadi di Jawa Tengah dan Bali.

Anggota DPR terpilih

Pemilu kali ini bukan hanya mengubah konstelasi politik di Kalimantan Tengah, tetapi juga memberikan harapan yang lebih baik jika dilihat dari latar belakang para wakil rakyat yang lolos. Jika dibandingkan dengan kondisi anggota DPR periode 2004-2009 dari provinsi ini, latar pendidikan anggota dewan saat ini lebih baik. Pada periode sebelumnya, yang berpendidikan tingkat pascasarjana hanya satu orang, kini ada tiga orang. Hanya saja, dari segi usia, anggota dewan periode sebelumnya lebih muda. Untuk kali ini, ada dua orang yang berusia di atas 60 tahun, sedangkan sebelumnya rata-rata masih berusia produktif.

Dari latar belakang partai, PDI-P berhasil menempatkan dua kadernya lolos ke di legislatif pusat, yakni Asdy Narang dan Sugianto. Asdy merupakan calon legislatif yang meraih suara terbanyak (44.430 suara) dibandingkan dengan lima calon lainnya. Adapun Sugianto adalah kader PDI-P yang sudah malang melintang di DPR pada periode sebelumnya.

Nama lain yang sebelumnya sempat berkiprah di Gedung DPR, Senayan, dan kini kembali masuk adalah Chairun Nisa dari Golkar. Sebelumnya, ia merupakan satu-satunya perempuan wakil rakyat. Kini Chairun Nisa tidak sendirian karena ada perempuan lain yang lolos dari PPP, yakni Norhasanah.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar