Minggu, 07 Juni 2009

Sulawesi Utara


Runtuhnya Dominasi Beringin
Sabtu, 6 Juni 2009 | 03:32 WIB

ANUNG WENDYARTAKA

Dominasi partai berlambang pohon beringin di Provinsi Sulawesi Utara mulai runtuh dalam pemilu legislatif April. Kendati masih memimpin, perolehan suara Partai Golkar mulai ditempel ketat oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jika pada Pemilu 2004 Golkar masih memimpin jauh dengan perolehan suara sebesar 32 persen, kini suaranya tinggal 24 persen. Sebaliknya, perolehan suara PDI-P justru naik dari 16 persen menjadi 23 persen. Kini, perbedaan suara kedua partai besar tersebut menjadi tipis.

Bila dirunut ke belakang, runtuhnya dominasi Golkar di Bumi Kawanua ini mulai terlihat setelah runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998. Pada Pemilu 1999, perolehan suaranya turun hampir separuh menjadi 49 persen. Tren penurunan ini terus berlanjut. Pada Pemilu 2004 Golkar meraih 32 persen suara, turun lagi menjadi 24,5 persen pada Pemilu 2009.

Kini Sulut pun berganti warna, dari kuning ke merah, dari dominasi Golkar ke PDI-P. Partai berlambang kepala banteng ini berhasil memenangi 8 dari 13 kabupaten dan kota pascapemekaran. Golkar hanya memperoleh suara terbanyak di 4 wilayah, yaitu Kota Kotamobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Adapun Kota Manado tetap dipertahankan oleh Partai Demokrat seperti pada pemilu sebelumnya

Partai lain yang mengalami penurunan suara adalah Partai Damai Sejahtera (PDS). Jika pada pemilu lima tahun lalu perolehan suaranya masih sekitar 15 persen (urutan ketiga), kini hanya memperoleh 6,5 persen suara.

Perubahan konstelasi politik ini pun akhirnya berakibat pula pada perubahan komposisi legislator yang lolos ke Senayan, Jakarta. Kendati perolehan suaranya turun, Golkar tetap mengantongi 2 kursi, sama seperti lima tahun lalu. Adapun PDI-P jumlah kursinya bertambah satu, menjadi dua kursi. Sisanya, dua kursi dibagi antara Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Fenomena munculnya PAN sebagai peraih satu kursi DPR dan hilangnya kursi PDS ini memang cukup mengejutkan. Calon anggota legislatif PAN, yang juga Ketua DPW PAN Sulut Yasti Soepredjo Mokoagow, mampu mendulang 48.937 suara. Angka ini melebihi perolehan suara terbanyak dari caleg PDS, ML Denny Tewu, yang hanya memperoleh 41.081 suara. Peluang PDS untuk meraih kursi di DPR pun sirna akibat terkena penalti parliamentary threshold karena di tingkat nasional perolehan suaranya tidak mencapai 2,5 persen.

Keluarga pejabat

Hasil Pemilu 2009 ini tak hanya mengubah komposisi legislator partai yang lolos, tetapi juga menampilkan wajah-wajah baru. Dari enam caleg yang lolos, empat di antaranya pendatang baru dan usianya relatif masih muda.

Contohnya dari Golkar, kedua legislatornya yang terpilih, Edwin Kawilarang dan Aditya Anugrah Moha, merupakan muka baru yang akan mewarnai DPR periode 2009-2014. Lalu, ada Vanda Sarundajang dari PDI-P dan Yasti Soepredjo Mokoagow dari PAN. Ditilik dari latar belakangnya, tiga caleg terpilih Aditya Anugrah Moha (26 tahun), Vanda Sarundajang (34 tahun), dan Yasti Soepredjo Mokoagow (40 tahun) masih tergolong berusia muda.

Selain itu, fenomena ”politik dinasti” atau keluarga kerabat pejabat caleg yang terpilih juga terjadi di wilayah ini. Aditya adalah anak dari Marlina Moha Siahaan, Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow. Adapun Vanda Sarundajang adalah putri dari Gubernur Sulut Sinyo H Sarundajang. Kendati usia dan pengalaman politik mereka masih belia, keduanya cukup populer menarik massa. Terbukti, Aditya mampu mendulang 114.627 suara, tertinggi dibandingkan calon lain separtai dan menduduki urutan kedua untuk daerah pemilihan Sulut setelah EE Mangindaan.

Dilihat dari latar belakang jender, dua dari enam (33 persen) caleg terpilih adalah perempuan, di atas kuota jumlah perempuan di parlemen. Situasi ini sangat berbeda dengan hasil pemilu sebelumnya, yang semuanya laki- laki.

Karakteristik caleg yang lolos ke DPR tersebut ternyata berbeda dengan senator yang terpilih. Separuh dari 4 wakil Dewan Perwakilan Daerah (DPD) masih tetap muka lama. Mereka adalah Aryanthi Baramuli Putri, putri tokoh senior Golkar AA Baramuli, dan Marhany Victor Poly Pua, peraih suara terbanyak pada Pemilu 2004.

Adapun dua pendatang baru yang terpilih adalah FX Ferry Tinggogoy, purnawirawan TNI, mantan anggota DPR, sekaligus kader Partai Kebangkitan Bangsa, dan Alvius Lomban, mantan pejabat Provinsi Sulut.

Melihat latar belakang pendidikan serta pengalaman legislator dan senator terpilih wakil Sulut, yang rata-rata berpendidikan tinggi (minimal S-1) dan sebagian besar di antaranya mempunyai segudang pengalaman, baik di pemerintahan maupun masyarakat, selayaknya masyarakat Sulut bisa berharap banyak kepada calon terpilih untuk kehidupan yang lebih baik pada masa datang. Semoga.

(ANUNG WENDYARTAKA/ Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar