Sabtu, 13 Juni 2009

Sulawesi Selatan

Musim Rontok di Kubu Beringin

GIANIE

Potret merosotnya perolehan suara Partai Golkar di tingkat nasional secara lebih nyata bisa dilihat dari wilayah Sulawesi Selatan. Sekalipun secara keseluruhan provinsi Golkar unggul, hasil pemilu legislatif lalu menjadi lampu kuning bagi masa depan dominasi partai ini.

Perkiraan suara Golkar di Sulawesi Selatan yang terus menurun terbukti. Bermula pada Pemilu 1999, di mana Golkar mampu mempertahankan 66,5 persen suaranya di tengah terjangan reformasi. Lima tahun kemudian berkurang sepertiganya menjadi 44,3 persen pada Pemilu 2004. Pemilu 2009, beringin yang kokoh itu terpangkas hampir separuhnya menjadi tinggal 25,1 persen.

Jika pada Pemilu 2004 Golkar masih menjadi pemenang di 23 kabupaten/kota di Sulsel, pada pemilu kali ini lima kabupaten/kota lepas direbut partai lain. Tidak tanggung-tanggung, lima wilayah yang terebut tergolong sangat strategis bagi partai ini. Selain itu, kelima wilayah tersebut menjadi basis pendukung setia Golkar selama ini. Kota Makassar, misalnya, kini dikuasai oleh Partai Demokrat.

Begitupun wilayah sebelah utara Sulsel, seperti Palopo, Kabupaten Luwu, dan Luwu Utara, yang juga dikuasai Partai Demokrat. Melengkapi deretan wilayah utara yang terkalahkan, Kabupaten Tana Toraja kini dikuasai Partai Damai Sejahtera (PDS). Di lima daerah itu Golkar hanya menempati urutan kedua.

Dinamika partai

Tergerogotinya suara Golkar ini seakan menjadi puncak dari rentetan kekalahan demi kekalahan yang diderita Golkar dalam ajang pemilihan kepala daerah di Sulsel. Gubernur terpilih Sulsel periode 2007-2012, misalnya, bukan diusung oleh Partai Golkar. Demikian juga fakta menunjukkan, dari 23 kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada, pasangan kepala daerah yang diusung oleh Golkar hanya menang di 13 kabupaten/kota, 10 wilayah diantaranya dimenangi secara berkoalisi dan hanya 3 daerah yang dimenangi tanpa berkoalisi.

Jika pengaruh Golkar kini mulai terkikis, sebaliknya yang terjadi pada partai-partai lain, khususnya Demokrat. Perolehan suara Demokrat di Sulsel secara keseluruhan meningkat lima kali lipat dari 3 persen pada Pemilu 2004 menjadi 15,7 persen pada pemilu kali ini. Menarik pula dicermati kiprah PDS yang berhasil meminggirkan Golkar di Tana Toraja.

Selain kisah sukses Demokrat dan PDS dalam penguasaan wilayah Golkar, persaingan partai-partai lapis menengah pun sedemikian ketat. PAN dan PKS di Bumi Angin Mamiri ini bersaing sangat ketat dengan keunggulan PAN yang sangat tipis, hanya berselisih 250 suara. Kedua partai ini memang sama-sama tidak berhasil menguasai satu pun kabupaten/kota di Sulsel. Namun, dari sisi proporsi suara, kedua partai ini mampu mengumpulkan suara hingga 7,9 persen. Hanya, jika dilihat dari peningkatan suara yang diraih dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, peningkatan suara PAN saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan proporsi suara yang berhasil dicapai PKS.

Di sisi lain, kemunculan Hanura dan Gerindra juga tergolong signifikan dalam mengubah konfigurasi penguasaan suara partai di Sulsel. Hanura mampu memperoleh 4,7 persen suara, sementara Gerindra (3,5 persen).

Sosok legislatif

Merosotnya pengaruh Golkar dengan sendirinya menciutkan jumlah anggota DPR terpilih partai ini di tiga daerah pemilihan Sulsel. Dari 24 kursi yang dimiliki Sulsel (berkurang dua kursi dibandingkan Pemilu 2004 akibat pemisahan dan terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat), Golkar hanya meloloskan 9 calon anggota DPR (37,5 persen). Adapun Partai Demokrat berhasil menempatkan enam orang (25 persen) wakilnya di DPR. Padahal, pada Pemilu 2004 Golkar meloloskan 12 wakilnya dan dari Partai Demokrat hanya satu orang.

Selain Partai Golkar dan Demokrat, partai lain yang meloloskan wakilnya ke Senayan adalah PAN dan PKS dengan masing-masing 3 orang, Partai Hanura 2 orang, serta Partai Persatuan Pembangunan 1 orang. Di sisi lain, PDI-P, Partai Bulan Bintang, Partai Bintang Reformasi, dan Partai Demokrasi Kebangsaan pada pemilu kali ini tidak mampu meneruskan tradisi mengirimkan wakilnya dari Sulsel ke Senayan. Demikian pula PDS. Sekalipun berhasil menguasai satu kabupaten, perolehan suara partai ini secara nasional masih di bawah batas parliamentary threshold sehingga tidak ada satu pun wakil partai ini.

Dari 24 anggota DPR terpilih asal Sulsel tersebut, sebanyak tujuh orang merupakan wajah lama yang sudah berkantor di Senayan sebagai anggota DPR periode 2004-2009. Dua sosok lainnya juga berpengalaman di legislatif, tetapi terpusat di tingkat provinsi. Bagian terbesar merupakan wajah baru yang berprofesi di sektor swasta, wiraswasta, ataupun para pensiunan. Berbeda dengan anggota DPD, dua dari empat yang terpilih merupakan wajah lama yang sebelumnya juga duduk di kursi DPD.

Dibandingkan dengan anggota DPR periode sebelumnya, beberapa perubahan terjadi. Dari segi pendidikan, misalnya, terlihat peningkatan kualitas para anggota terpilih. Jumlah yang berpendidikan sarjana S-1 meningkat menjadi 50 persen. Mereka yang berpendidikan hingga pascasarjana, baik tingkat master maupun doktor, sebanyak 46 persen. Komposisi ini berubah dibandingkan hasil Pemilu 2004, di mana sarjana S-1 dan pascasarjana berimbang, masing-masing 38,5 persen.

Dari segi jenis kelamin, anggota legislatif terpilih Sulsel amat berbeda dengan fenomena nasional. Jika ditingkat nasional terjadi peningkatan proporsi anggota legislatif terpilih perempuan, di Sulsel justru terjadi penurunan. Saat ini hanya ada tiga perempuan Sulsel yang melalui sistem suara terbanyak yang berhasil lolos. Padahal, periode sebelumnya mencapai lima orang.

Sisi lain yang menarik, dari daftar anggota terpilih, sejumlah nama masih terkait dengan nama besar tokoh-tokoh dari Sulsel, sebut saja Indira Chunda Thita Syahrul yang merupakan putri dari Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo. Juga ada Halim Kalla dari Golkar yang merupakan adik dari Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Emil Abeng juga dari Golkar, anak Tanri Abeng, mantan Menteri Negara BUMN periode 1998-1999. Di bangku DPD terdapat pula nama Aksa Mahmud, yang tidak lain adik ipar Jusuf Kalla.

Nama-nama tokoh Sulsel yang sudah tidak asing di tingkat nasional yang terpilih untuk kedua kalinya adalah Anis Matta, Tamsil Linrung, dan Andi Rahmat (ketiganya PKS), Malkan Amin, Syamsul Bachri, dan Idrus Marham (Golkar), serta Amran (PAN).

(Gianie/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar