Senin, 04 Mei 2009

Dia Terpilih di Semarang SUTRISNO BACHIR


Dua kandidat Ketua Umum PAN bersaing. Calon yang didukung Amien Rais mendapat simpati luas.

SEMARANG dibalut warna biru. Ibu kota Jawa Tengah itu memang sedang "dikuasai" Partai Amanat Nasional, yang mengadakan Kongres II sejak Kamis pekan lalu di Hotel Patra Jasa. Sabtu yang lalu, Kongres memasuki tahap genting: kandidat ketua umum gencar mengoleksi dukungan. Kandidat yang mampu mendulang dukungan 50 persen plus satu dari 1.444 pemegang suara otomatis menjadi ketua umum baru pengganti Amien Rais?yang secara resmi menolak dipilih kembali.

Sampai Sabtu petang, tinggal dua kandidat yang diyakini mempunyai peluang untuk merebut jabatan sebagai orang pertama partai berlambang matahari itu. Dia adalah pengusaha Soetrisno Bachir dan mantan menteri Fuad Bawazier. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Hatta Radjasa, yang sebelumnya dianggap kuda hitam, diberitakan mundur dari pencalonan ketua umum. Calon lain yang namanya "terdengar tapi semakin melemah" adalah Didik J. Rachbini (ekonom, anggota DPR), Muslim Abdurrahman (Ketua PP Muhammadiyah), dan Afni Achmad (salah satu Ketua Dewan Pengurus Pusat PAN).

Duel Soetrisno versus Fuad dipastikan terjadi setelah Hatta mundur. Kendati sampai berita ini ditulis Hatta belum membuat pengumuman resmi, koordinator tim sukses Soetrisno, Totok Daryanto yang juga Ketua Wilayah PAN Yogyakarta, telah "membocorkannya" kepada Tempo. "Pak Hatta pasti mundur," kata Totok. Fuad Bawazier juga menerima kabar yang sama.

Adalah Amien Rais di balik mundurnya Hatta. Sejak awal, Amien tak setuju seorang menteri merangkap jabatan ketua umum partai yang didirikannya itu. Sabtu dini hari, sekitar pukul 01.00 pagi, Amien dan Soetrisno serta Hatta melakukan pertemuan tertutup di Hotel Grand Candi, sekitar 300 meter dari Patra Jasa.

Sumber Tempo mengatakan, Hatta "dibuat" sadar bahwa jabatan menteri yang kini ia pegang adalah berkat jasa Amien Rais. Hatta tidak mau masa jabatan menterinya terpotong. "Jika Hatta tetap maju, Amien bisa saja menelepon Presiden SBY untuk menarik Hatta dari kabinet," kata sumber tadi. Karena itu, Hatta di-minta mundur dan didesak agar suara para pendukungnya dilimpahkan ke Soetrisno Bachir, kandidat yang sejak awal terang-terangan didukung Amien Rais.

Sampai Sabtu petang, Soetrisno mengklaim telah mengantongi suara total 1.221. Artinya, tiga suara lagi pengusaha asal Pekalongan itu menguasai separuh suara plus satu. Dukungan untuknya mengalir dari sepuluh dewan pengurus wilayah dan dua dewan pengurus daerah. Jika suara pendukung Hatta Radjasa dari sebagian Sumatera dan Papua dialirkan untuk Soetrisno, jalan bos grup bisnis Ika Muda ini menuju kursi ketua umum lempanglah sudah.

Pertarungan selesai? Tunggu dulu. Rival Soetrisno, Fuad Bawazier, bukanlah politisi picisan. Sabtu itu, seperti halnya Soetrisno, Fuad juga yakin menang. Lihat saja. Seharian itu bekas Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan itu tampil sebagai sosok populis. Ia selalu kelihatan sibuk menerima jabat tangan pendukungnya di stan kampanye yang disediakan oleh panitia di halaman Hotel Patra Jasa. Senyumnya terus mengembang. Be-kas pejabat ini cukup bersabar menerima permintaan foto bersama siapa saja.

Usai jeprat-jepret, Fuad yang berkaus biru bertulisan "Melayani, Bukan Dilayani" itu menuju Bungalo 616 Hotel Pa-tra Jasa, tempat dia menginap. Puluhan orang pendukungnya telah menunggu. Fuad sengaja mengumpulkan mereka untuk memonitor peluangnya untuk menang.

Menteri di era kepemimpinan Presiden Soeharto ini bersila di lantai. Sekitar 30 orang lainnya, dalam posisi yang sama, duduk di depannya. Sebagian yang lain memilih duduk di atas tempat tidur. "To the point saja. Saya mau melakukan recek dan reinventarisasi pendukung saya," kata Fuad. Sambil menatap mereka satu per satu, ia menjentikkan abu rokoknya ke dalam gelas bekas kemasan air mineral.

"Kalimantan Barat mencapai 70 persen," ujar Sutiman, Ketua Dewan Pengurus PAN Melawi, seakan mewakili daerah Kalimantan Barat. Sarulin, Ketua Dewan Pengurus PAN Palangkaraya, menimpali, "Lima puluh persen Kalimantan Tengah mendukung Pak Fuad."

Pukul 12.30, pertemuan terhenti tatkala ponsel Communicator Fuad berdering. "Sebentar. Ini ada telepon dari koordinator tim sukses Pak Hatta," kata Fuad. Sejenak, perbincangan telepon Fuad tak terdengar lagi karena ia masuk kamar. Tak lama, ia keluar dari kamar. "Saya mendapat konfirmasi langsung, Pak Hatta positif mundur," katanya jelas. Kabar tersebut disambut sorak-sorai pendukungnya.

Mereka bersorak karena yakin suara Hatta akan lari ke kubu Fuad. Bahkan, sebelum para utusan Kalimantan itu meninggalkan ruangan, Fuad sempat berujar ia mendapat dukungan lebih dari 60 persen total suara. "Ini bukan klaim. Tapi ini adalah pernyataan para pemilih," kata bekas pejabat asal Tegal yang kini 56 tahun itu.

Fuad Bawazir bisa saja menjadi batu sandungan bagi Soetrisno. Tapi yang dihadapi Fuad bukanlah seorang Soetrisno saja, tetapi juga Amien Rais. Soetrisno adalah satu-satunya calon yang digadang-gadang bekas Ketua Umum PP Muhammadiyah itu. Semakin lincah manuver Fuad, menurut sebuah sumber, semakin jelas Amien mendukung Soetrisno. Amien seperti tidak mau melepas PAN untuk dipimpin Fuad Bawazier, kata sumber yang sama.

Dukungan Amien itu mencolok. Sehari menjelang kongres dibuka, Amien secara terbuka menyanjung tinggi Soetrisno. Amien lupa bahwa ia harus tampil netral. "Kalau saya memberikan nilai, nilai dia (Soetrisno) adalah 7,9. Angka itu kalau ditulis di komputer akan menjadi 8," kata Amien.

Soetrisno berangkat ke Semarang tidak dengan tangan kosong. Dia meluncurkan buku bertajuk Membangun Kemandirian Bangsa, buku yang ditulis Riza Sihbudi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, di Hotel Sheraton Mustika di Yogyakarta. Buku bersampul eksklusif itu segera saja habis terbagi untuk semua peserta deklarasi pencalonan Soetrisno sebagai ketua umum. Sanjungan Amien Rais ikut memompa dukungan untuk pengusaha ini ketika Amien berpidato dalam acara deklarasi di Yogya itu.

Dukungan Amien untuk Soetrisno juga dipertontonkan saat pria kelahiran Pekalongan 10 April 1957 ini secara bergelombang memboyong pendukungnya menghadap Amien Rais di rumahnya di Pandean Sari, Yogyakarta.

Bukan hanya itu, Amien pun juga melibatkan anaknya demi mendukung Soetrisno. Hanafi Rais, anak sulung Amien, dosen Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM, menjadi koordinator tim sukses Soetrisno. Tim itu diberi nama La Tahzan?nama yang diambil dari judul buku terlaris di Timur Tengah karangan Dr 'Aidh 'Abdullah al-Qarni yang berarti jangan bersedih. Artinya, "Meskipun PAN tidak lagi dipimpin Pak Amien, bukan berarti kita bersedih," ujar Hanafi.

Meski terang-terangan mendukung Soetrisno, pada awalnya Amien berusaha bermain cantik. Biar tidak kentara, pengurus PAN Yogyakarta yang setia pada Amien Rais mendapat tugas memunculkan nama Soetrisno. Dalam pertemuan pengurus wilayah dan daerah PAN se-DIY di sebuah hotel di Pantai Glagah, Yogyakarta, pertengahan Januari lalu, secara resmi Soetrisno dijagokan DIY. Setelah itu giliran pengurus PAN Surakarta yang mendukung Soetrisno.

Apa alasan mendukung Soetrisno? Ketua Wilayah PAN Yogyakarta Totok Daryanto memiliki sejumlah alasan. Selain dikenal dekat dengan Amien Rais, bos grup bisnis pelbagai usaha itu punya peranan luar biasa: membantu dana kampanye Pemilu 1999 dan 2004, juga saat Amien maju sebagai calon presiden. Totok juga melihat Soetrisno memiliki ikatan kuat dengan Muhammadiyah. Orang Pekalongan itu menjadi pengurus pusat Muhammadiyah untuk bidang ekonomi. "Artinya, ia sudah tidak asing, baik di PAN maupun di Muhammadiyah," ujar Totok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog