Jumat, 01 Mei 2009

Rakyat Butuh Pemimpin Baru


Indonesia Paceklik Pemimpin
Jumat, 1 Mei 2009 | 03:09 WIB

Jakarta, Kompas - Hasil pemilihan umum legislatif yang menunjukkan anjloknya suara sejumlah partai politik, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar, menunjukkan masyarakat sudah menginginkan munculnya pemimpin atau tokoh baru.

Partai yang tidak merespons keinginan ini akan makin ditinggalkan pemilihnya pada 2014.

Bima Arya dari Charta Politica, Rabu (29/4), menuturkan, kebutuhan akan pemimpin baru ini makin terlihat dengan meningkatnya suara sejumlah partai yang berhasil melakukan regenerasi, misalnya PKS dan PAN. ”Meski mengandalkan sejumlah artis, PAN tetap menyodorkan kebaruan di masyarakat. Melonjaknya suara Demokrat juga dikarenakan para pesaing potensialnya, yaitu PDI-P dan Golkar, tidak berhasil menampilkan ketokohan baru di pucuk partainya. Kader muda yang potensial, seperti Yuddy Chrisnandi dari Golkar, ternyata malah minggir atau dipinggirkan,” papar Bima.

Partai Kebangkitan Bangsa, lanjut Bima, memang memunculkan wajah baru lewat Muhaimin Iskandar. Namun, proses yang dilalui tidak mulus sehingga kemunculan itu justru mencerminkan kegagalan melakukan regenerasi kepemimpinan.

Kerinduan masyarakat terhadap sosok baru itu membuat potensi terbesar yang dapat menyaingi Yudhoyono dalam pemilihan presiden mendatang adalah partai atau koalisi partai yang dapat memunculkan tokoh baru yang mengejutkan. ”Prabowo memang baru, tetapi sebenarnya tidak benar-benar baru karena tahun 2004 dia pernah ikut bertarung di konvensi Golkar,” kata Bima.

Purwanto, koordinator Jaringan Kerja Nasionalis Muda, berharap partai seperti PDI-P dan Golkar memandang anjoknya suara mereka sebagai peringatan untuk lebih serius melakukan kaderisasi. ”Konsentrasi partai, seperti PDI-P, saat ini sebaiknya tidak hanya untuk memenangkan pemilihan presiden. Partai-partai seperti itu sekarang lebih baik berfokus untuk menelurkan tokoh baru,” katanya.

Paceklik

Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, Kamis, juga menilai, Indonesia saat ini sedang paceklik calon pemimpin nasional. Pasalnya, menjelang pemilu presiden, bangsa ini belum tahu siapa saja kandidat yang bakal maju, kecuali inkumben dan sederet nama tokoh politik lama yang selama ini sudah beredar.

”Kalau sekadar ada, sebetulnya memang ada calon pemimpin. Tetapi, kalau sekadar ada dan kualitasnya tidak baik, maka ibarat menanam bibit padi, dibuang sayang, kalau terus ditanam, terpaksa harus mengeluarkan biaya lebih banyak,” ujarnya.

Menurut Andrinof, semua tokoh yang kini ingin menjadi calon presiden dan wakil presiden, tetapi belum mendapat tiket untuk maju, tidak sadar kalau mereka hidup pada musim paceklik calon pemimpin. ”Mereka tidak sadar meskipun sudah berlari sekuat tenaga, apalagi yang sekadar jalan kaki, hanya bisa mengejar bayang-bayang,” ujarnya.

Menurut Andrinof, mereka yang kehabisan tiket ini, selain kehabisan modal, juga tidak mendapatkan posisi calon presiden atau wakil presiden. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka tidak akan menjadi orang yang dihormati dalam sejarah bangsa Indonesia. (NWO/MAM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog