Selasa, 05 Mei 2009

Sukses Stabilitas dan Demokrasi


Pertama Kali, Masa Jabatan Lima Tahun Tuntas
Selasa, 5 Mei 2009 | 03:30 WIB

Nusa Dua, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, akhir pemerintahannya, pada Oktober 2009, ditandai dengan keberhasilan mengombinasikan demokrasi dan stabilitas. Pertama kali sejak reformasi 1998, sebuah pemerintahan menuntaskan masa jabatan lima tahun.

”Tidak mudah bagi Indonesia menjalani masa transisi itu menuju sebuah kestabilan dan demokrasi yang damai. Itu merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan yang membutuhkan komitmen, penuh kewaspadaan, serta besarnya rasa optimisme,” ujar Presiden saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan Sidang Tahunan Ke-42 Bank Pembangunan Asia (ADB) di Nusa Dua, Bali, Senin (4/5).

Hadir dalam acara itu Perdana Menteri (PM) Fiji Josaia Bainimarama, PM Georgia Nika Gilauri, PM Tonga Feleti Sevele, Wakil Presiden Palau Kerai Mariur, dan Presiden ADB Haruhiko Kuroda. Ikut hadir Ketua Dewan Gubernur ADB sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menurut Yudhoyono, mengombinasikan demokrasi dengan stabilitas merupakan upaya yang tidak mudah dilakukan pada saat negara sedang dalam masa transisi. Indonesia bahkan kerap diperkirakan akan mengalami perpecahan, seperti yang terjadi di negara-negara Balkan atau mengalami balkanisasi.

Balkanisasi adalah sejarah perpecahan pada akhir tahun 1980-an atas Federasi Yugoslavia yang terbentuk seusai Perang Dunia II. Semua negara bagian, Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Macedonia, Kosovo, dan Serbia, kini menjadi negara merdeka sendiri-sendiri.

”Beberapa tahun lalu, Indonesia menghadapi konflik etnik dan komunal yang serius hingga beberapa analis menyatakan ada kemungkinan Indonesia mengalami balkanisasi. Namun, dengan itikad baik, keteguhan, dan pendekatan kekuasaan yang halus, kami bisa memulihkan konflik itu satu demi satu. Kini Indonesia menjadi lebih menyatu, terkait satu sama lain, dan damai,” ujarnya.

Adapun krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 justru membuat Indonesia menemukan energi positif dalam menjalankan reformasi. ”Satu dekade lalu Indonesia mengalami kombinasi krisis, yakni krisis ekonomi, sosial, dan politik. Perekonomian kami terkontraksi sekitar 13 persen. Jutaan orang secara tiba-tiba kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin. Masa depan terlihat suram, tetapi kami menemukan energi positif yang mengarahkan Indonesia menjadi lebih baik seperti sekarang,” tutur Presiden.

Salah satu bentuk demokrasi itu terlihat dari pelaksanaan Pemilihan Umum 2009. Delegasi Sidang Tahunan ADB dipersilakan menyaksikan dan merasakan secara langsung antusiasme warga Indonesia melaksanakan pemilu tersebut.

”Antusiasme ini merupakan sumber dari getaran energi yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional, pengembangan demokrasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Yudhoyono. (OIN/BEN/MH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog