Senin, 11 Mei 2009

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009: EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF 9 APRIL 2009


Hubungan paling solid antara pilihan atas partai atau calon anggota DPR dengan pilihan atas calon presiden yang bersangkutan paling kuat ditemukan pada Demokrat dan SBY. Hampir semua pemilih Demokrat (86%) adalah pemilih SBY. Tingkat soliditas kedua ditemukan pada hubungan antara PDIP dan Megawati, yakni sebesar 65%. Masih ada sekitar 35% dari pemilih PDIP yang menyebar ke mana-mana, terutama pada SBY.
Rangking Soliditas ketiga ditemukan antara Gerindra dan Prabowo, yakni 55% dari pemilih Gerindra (4%). Selebihnya bocor ke mana-mana, terutama ke SBY. Rangking soliditas keempat adalah antara Golkar dan JK, tapi jauh di bawah. Soliditasnya hanya sekitar 22%. Di samping dukungan dari partainya sendiri, calon presiden yang kuat dalam sistem multipartai yang ekstrem seperti kita miliki sekarang adalah tingkat penerimaan atau dukungan dari massa pemilih partai selain partainya. Dalam masalah tingkat dukungan eksternal ini, SBY punya kekuatan 46%, jauh di atas Mega yang hanya 12%, dan Prabowo yang hanya 8%. Di samping itu, calon presiden yang kuat adalah calon yang gap dukungan terhadapnya dari elite dan massa pemilih kecil. Semakin kecil gap tersebut maka semakin kuat dukungan terhadap calon tersebut, dan semakin kecil inskoherensi elite partai dan massa pendukung partainya.
Belakangan ada manuver elite untuk membentuk koalisi mendukung calon presiden: Yang gapnya paling kecil adalah antara elite dan massa Demokrat, kemudian antara elite PDIP dan Elite Gerindra. Bila PKS, PPP, PKB, Golkar, PAN, Hanura, dan partai-partai lainnya mendukung Mega atau Prabowo maka gap antara elite dan massa pendukung partai mereka sangat bresar. Yang paling koheren dalam hubungan elite dan massa partai adalah bila PDIP dan Gerindra berkoalisi menghadapi partai-partai lain dan bila partai-partai lain ini mendukung SBY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog