Jumat, 10 April 2009

Analisis Litbang Kompas


Demokrat Lengkapi Tradisi
Jumat, 10 April 2009 | 08:37 WIB

Seakan menjadi tradisi, konfigurasi politik selalu berubah tiap pemilu dan kekuatan figur mampu mengubah konstelasi politik di negeri ini. Kali ini, Partai Demokrat menjadi kekuatan politik baru yang mengentak, mengambil alih penguasaan posisi atas perolehan suara. Sebaliknya, partai-partai berpengalaman tampak goyah menghadapi penguasaan politik yang kian tergerus.

Hasil penghitungan cepat pemilu (quick count) yang dilakukan LP3ES, Lembaga Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Cirus Surveyor, dan beberapa lembaga survei lain mengungkapkan keunggulan Partai Demokrat dalam perolehan suara pemilu. Pada pengalaman kedua mengikuti pemilu, partai ini mampu mengambil alih posisi yang sebelumnya dipegang Partai Golkar dengan selisih yang cukup signifikan. Tidak tanggung-tanggung, peningkatan perolehan suara yang diraih dibandingkan dengan Pemilu 2004 diperkirakan hampir tiga kali lipat!

Di sisi lain, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada kesempatan pertama pemilu telah mampu bersaing dengan partai-partai posisi tengah dalam perolehan suara.

Sebelumnya, kemenangan Demokrat maupun fenomena kemunculan Gerindra dan Hanura telah terprediksikan dari hasil survei opini publik prapemilu yang dilakukan lembaga-lembaga penelitian, termasuk Litbang Kompas.

Kunci kemenangan

Munculnya Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu dapat dijelaskan oleh beberapa sebab. Faktor terbesar, aspek ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono yang melekat dengan partai ini. Tidak terhindarkan bahwa Yudhoyono menjadi faktor paling signifikan memengaruhi drastisnya peningkatan suara Demokrat. Memilih Partai Demokrat, bagi para pemilihnya, bukanlah suatu tujuan akhir preferensi politik. Bagi mereka, partai ini laiknya sebuah jembatan yang digunakan sebagai pelintasan menuju Yudhoyono. Kenyataan semacam ini dibuktikan oleh survei Kompas yang menunjukkan bahwa figur Yudhoyono tidak hanya membuat pemilih yang sebelumnya memilih Partai Demokrat kembali memilih Demokrat, tetapi juga menarik sebagian pemilih partai lain yang dalam pemilu sebelumnya tidak memilih Demokrat.

Kondisi semacam itu diperkuat pula oleh ketidakloyalan pemilih pada partai politik. Karakter pemilih yang tidak loyal layaknya lebah yang tidak pernah tertahan pada satu tangkai bunga. Dalam hal ini, pemilih Golkar dan pemilih partai-partai bercorak Islam adalah yang paling terpengaruh. Jika dikaji, para pemilih yang pindah ke lain partai, khususnya ke Demokrat, memiliki karakteristik yang relatif mirip. Mereka berasal dari kalangan yang berpendidikan menengah-atas, lebih besar proporsi kaum perkotaan, memandang masa lalu kinerja dan pencapaian pemimpin partai sebagai faktor yang memengaruhi pilihannya. Dari sisi pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga, pegawai negeri, hingga pegawai swasta.

Di sisi lain, dapat pula dipastikan bahwa naiknya popularitas Demokrat adalah buah dari eskalasi yang terjadi sejak Pemilu 2004. Pada kesempatan pertama pemilu, partai ini langsung mendapat tempat di posisi menengah dengan perolehan suara 7,45 persen pada pemilu legislatif. Sebagai partai papan tengah, Demokrat juga mampu mengantarkan tokoh pendirinya ke posisi puncak pemerintahan.

Eskalasi popularitas ini kian meningkat ketika pemerintahan yang dikendalikan Yudhoyono mendapat apresiasi positif masyarakat, khususnya dalam upaya pemberantasan korupsi. Di samping itu, pada masa setahun terakhir ini pemerintahan Yudhoyono juga mampu menyasar dua kelompok masyarakat, menengah-atas dan bawah, lewat fluktuasi harga BBM. Penurunan harga premium (meskipun ini merupakan dampak dari turunnya harga di tingkat internasional) menguntungkan kelas menengah-atas sebagai konsumen terbesar. Sementara kelas bawah juga diuntungkan oleh pemberian bantuan langsung tunai (BLT) dan program jaminan kesehatan masyarakat.

Dengan segenap kelebihan yang dimilikinya, Demokrat pun mampu melebarkan pengaruhnya pada pemilu ini. Jika pada pemilu sebelumnya partai ini hanya mampu memikat masyarakat perkotaan, kini jauh melebar hingga wilayah pedesaan yang notabene menjadi basis kekuatan partai-partai tradisional sekaligus kantong terbesar para pemilih di negeri ini.

Bintang baru

Jika di lapisan atas perolehan suara Demokrat mampu memorakporandakan dominasi Golkar dan PDI-P, munculnya Gerindra dan Hanura pun memberikan warna baru perpolitikan. Gerindra kali pertama mengikuti pemilu mampu mengguncang posisi tengah perolehan suara dan membuat partai-partai posisi tengah, seperti Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa, risau akan potensi susutnya pengaruh politik mereka. Demikian juga Hanura, sekalipun diperkirakan tidak sebesar perolehan suara Gerindra, Hanura turut menggegerkan lapisan tengah bawah perolehan suara, mengancam posisi Partai Bulan Bintang, Partai Bintang Reformasi, dan Partai Damai Sejahtera, yang semula menempati posisi tersebut.

Menurut hasil survei Kompas, Gerindra dipilih lantaran partai ini mampu memikat kalangan yang memang menaruh harapan terjadinya perubahan. Simpatisan partai ini cukup signifikan bertumpu kepada para pemilih mula dan pencari kerja. Bagi para pemilih yang berada dalam kedua kelompok ini, simbol- simbol harapan baru, sebagaimana sering dikampanyekan oleh kedua partai ini, lebih mudah ditangkap.

Sebenarnya, kemunculan partai-partai baru semacam Gerindra dan Hanura yang mampu menduduki lapis tengah perolehan suara ini pun seakan mengulang fenomena pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu 2004, misalnya, dikejutkan oleh munculnya Partai Demokrat dan PKS yang mampu mengubah konfigurasi lapis tengah perolehan suara yang saat itu diduduki PKB, PPP, dan PAN.

Padahal, sebelumnya, dalam Pemilu 1999, PKB dan PAN menjadi pendobrak konstelasi politik dengan menempati posisi di papan menengah. Perubahan penguasaan suara pemilih yang terus-menerus terjadi dalam sejarah penyelenggaraan pemilu pasca-Orde Baru ini dapat dipandang sebagai proses penyegaran di tengah ketidakpercayaan publik kepada partai politik.(BESTIAN NAINGGOLAN DAN BAMBANG SETIAWAN/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog