Senin, 20 April 2009

Posisi Golkar Strategis


Perolehan suara Partai Golkar pada pemilu legislatif merosot. Hasil sementara enam persen di bawah Demokrat. Pimpinan Golkar menerima kenyataan itu.

Sikap itu ditunjukkan dengan kesediaan melepas ambisi pencalonan Ketua Umum Jusuf Kalla sebagai presiden. Dari gelagat pun kita saksikan pendekatan yang dilakukan Wapres Kalla ke Cikeas.

Tampak pula isyarat, perubahan posisi dan sikap itu diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Publik menyaksikan pendekatan kedua pihak untuk menuju ke terbentuknya pembaruan aliansi kedua partai.

Kecuali faktor kemauan subyektif kedua pihak, realiansi dan rekonsiliasi itu dipicu oleh realitas politik, termasuk realitas politik yang dihadapi Presiden Yudhoyono dan partainya. Karena komunikasi dan hubungan politik antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Presiden Yudhoyono belum cair, tidaklah mungkin terjadi aliansi antara Partai Demokrat dan PDI-P.

Meskipun memperoleh suara terbanyak dari pemilu legislatif, dalam posisi terkuat sebagai capres, Yudhoyono masih memerlukan aliansi dengan partai yang suaranya cukup besar seperti Golkar. Dari sisi jumlah suara dan posisi politik ke depan, aliansi dengan Golkar akan lebih membawa kestabilan pemerintahan di masa depan. Lebih lagi jika ada dukungan partai lainnya.

Dalam konteks itu bisa dikatakan posisi Golkar sebagai aliansi Demokrat cukup strategis. Situasi itu berubah sekiranya kemungkinan aliansi Demokrat dan PDI-P terbuka. Sebagai capres, kiranya posisi Yudhoyono relatif paling kuat. Memang, orang pun mengikuti ingin tahu, seberapa jauh pendekatan Megawati dengan Prabowo Subianto bermuara pada maju bersama sebagai capres dan cawapres.

Perkembangan berikut berbagai hal yang menyertainya membuat pilpres 8 Juli

berlangsung kompetitif dan seru. Segera pula kita bereaksi agar persiapan dan pelaksanaannya lebih baik dari pemilu legislatif 9 April lalu.

Menyangkut aliansi Demokrat-Golkar dalam pilpres, hadir persoalan lain, siapa cawapres dari Golkar: Kalla atau calon lain. Yudhoyono tentunya akan jadi penentu akhir. Kelebihan Yudhoyono-Kalla, keduanya sudah saling tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dari pengalaman, sinergi bisa dikembangkan lebih optimal.

Masuk akal jika lewat pemilu, pemilu legislatif apalagi pemilu presiden, berlangsung proses penilaian kembali serta kecenderungan renovasi. Namun, tak kurang pula pertimbangan untuk segeralah berlangsung komitmen dan kinerja yang melanjutkan. Melanjutkan disertai pengalaman dan sikap kritis-konstruktif terhadap pengalaman tersebut. Hadirnya urgensi kerja keras, kerja cerdas, kerja jujur, inovatif, dan efektif kita saksikan dan kita rasakan kondisi kehidupan kita bersama yang bisa dihadapkan pada tantangan krisis ekonomi global.

Jabatan Tangan Obama-Chavez

Pebekuan hubungan Amerika Serikat dengan para tetangganya di kawasan Amerika Latin tiba-tiba mencair di KTT di Trinidad-Tobago, Karibia.

Adegan jabatan tangan dan saling lempar senyuman antara Presiden Venezuela Hugo Chavez dan Presiden AS Barack Obama sebelum pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) hari Jumat, 17 April, menimbulkan sensasi tersendiri.

Pengaruh adegan jabatan tangan itu luar biasa. Pertemuan puncak kelima OAS, yang beranggotakan 34 negara Benua Amerika dan Karibia itu, berjalan dalam suasana lebih hangat. Tidak terjadi ketegangan seperti dibayangkan semula. Selama ini hubungan antara AS dengan negaranegara tetangganya di Amerika Selatan dan Karibia senantiasa mengalami pasang surut. Bahkan pada era pemerintahan Presiden AS George Walker Bush, pendahulu Obama, hubungan itu terasa sangat tegang.

Ketegangan antara lain bersumber pada orientasi politik dan ekonomi yang berseberangan. Pemerintahan Bush menghendaki kawasan Amerika Latin dan Karibia mengikuti sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme yang berorientasi ke pasar. Sebaliknya Amerika Latin memperjuangkan sistem ekonomi neososialisme. Jika ditelusuri lebih jauh, arah kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda itu dalam analisis para pengamat cenderung dianggap sebagai bentuk protes terhadap AS.

Dalam kenyataannya, perhatian AS kepada negara-negara Amerika Latin dan Karibia sangatlah kurang. Perhatian AS justru lebih tertuju ke luar kawasan Benua Amerika seperti ke Eropa, Asia, dan Afrika. AS sering digugat, mengapa kurang memedulikan perkembangan politik dan ekonomi di negara-negara yang berada di pekarangannya itu. Perbedaan kemajuan antara AS dan para tetangga terdekatnya begitu kontras. Padahal, Doktrin Monroe, yang dicanangkan Presiden AS James Monroe pada 2 Desember 1823, menekankan ”Amerika untuk Amerika”.

Doktrin itu pertama-tama untuk mencegah intervensi Eropa terhadap kehidupan sosial politik dan ekonomi di negara-negara Benua Amerika dan Karibia, sekaligus memperkuat basis kerja sama kawasan. Dalam praktiknya, AS melesat sendiri sebagai negara maju dan adidaya, sementara negara-negara tetangganya tertinggal jauh ke belakang. Hubungan harmonis sama sekali tidak terbentuk, tetapi penuh pertikaian, bahkan bermusuhan dengan Kuba.

Namun, arus balik mulai terasa ketika Presiden Obama mengisyaratkan perbaikan hubungan dengan Kuba. Isyarat serupa dilakukannya untuk Iran. Kepemimpinan Obama memang telah menciptakan suasana baru di panggung dunia dengan kebijakannya untuk mengakhiri berbagai hubungan konflik. Hanya tetap menjadi tantangan dan ujian terberat bagi Obama, apakah bisa mengakhiri konflik Timur Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog